Oleh:
Arie Asnaldi
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Padang
Menurut Sayuti
(2011 : 47), “kapasitas anak untuk melakukan kegiatan olahraga tergantung dari
struktur fisik dan juga dari caranya berkembang sejak usia dini sampai ia
dewasa”. Bedasarkan pendapat tersebut untuk melihat kemampuan motorik siswa
Sekolah Dasar, maka terlebih dahulu kita mengkaji tentang pertumbuhan dan
perkembangan fisiologis anak.
Menurut Sayuti (2011 : 65), “Pertumbuhan pada masa kanak – kanak ditandai dengan pertumbuhan yang lambat dan relatif stabil”. Untuk itu disini akan dibahas tentang pertumbuhan dan perkembangan fisiologis anak dari segi otot, tulang dan hormon.
a. Otot
Menurut
Giri (2013 : 51), “Otot merupakan sebuah jaringan konektif yang tugas utamanya
adalah berkontraksi yang berfungsi untuk menggerakkan bagian – bagian tubuh
baik yang disadari maupun yang tidak disadari”. Berat tubuh seseorang
ditentukan oleh otot dan lapisan lemak. Sekitar 40% berat dari tubuh kita
adalah otot. Tubuh manusia memliki lebih dari 600 otot rangka. Berat tubuh
meningkat pada 2 minggu terakhir dalam tahap kehidupan janin dalam kandungan
dan berlanjut setelah kelahiran hingga mencapai puncaknya di usia 9 bulan. Pada
tahun kedua tubuh anak lebih kelihatan kurus, kecenderungan tersebut berlanjut
sampai pada masa pertengahan usia dini.
Pada
saat dilahirkan anak sudah
mempunyai otot, tetapi
masih belum berkembang.
Kemudian akan berubah ukuran,
bentuk, dan komposisinya.
Panjang, lebar, dan
tebal akan mengalami proses pertumbuhan.
Pada tahun –
tahun pertama lapisan lemak berkembang lebih cepat dari pada otot. Lambat laun
otot akan bertambah pada masa bayi dan kanak-kanak kemudian meningkat secara
tajam pada saat remaja. Pada saat lahir, bayi perempuan memiliki badan yang
lebih gemuk dari pada bayi laki - laki. Perubahan ini terus bertahan sampai
usia sekolah. Sampai berusia 5 tahun otot - otot akan tumbuh secara proporsi
sejalan dengan peningkatan berat tubuh. Terjadi pertumbuhan cepat pada usia 5
sampai 6 tahun dan berat tubuh mencapai 75 persen dari berat otot itu sendiri.
Pada usia anak
sekitar 8 tahun, anak perempuan mulai bertambah lemak pada bagian lengan, kaki,
badan dan keadaan ini berlanjut hingga masa pubertas. Namun sebaliknya pada
anak laki-laki, jumlah lemak ditempat-tempat tersebut akan berkurang . Pada
usia 12 sampai 15 tahun untuk anak perempuan dan 15 sampai 16 tahun untuk
anak laki - laki tampak jelas adanya
pertumbuhan otot. Pada masa puberitas, otot anak laki-laki berkembang lebih
cepat 150% dibanding anak perempuan. Memasuki usia dewasa otot telah berkembang
sebanyak lima kali dari saat dia dilahirkan. Bagi rata - rata orang berat otot
akan naik sebanyak empat puluh kali dari saat kelahiran sampai ia dewasa.
b. Tulang
Menurut
Umar (2007 : 20) “tulang merupakan jaringan terkeras dari di dalam tubuh
manusia”. Dari pendapat tersebut terlihat jelas bahwa tulang merupakan jaringan
terkeras yang terdiri dari berbagai bentuk yang ada di dalam tubuh manusia yang
tersususun dalam bentuk kerangka tubuh. “Sementara itu susunan kerangka terdiri
dari susunan berbagai tulang – tulang yang banyaknya kira – kira 206 buah
tulang yang satu sama lainnya saling berhubungan ( Syaifuddin, 2006 : 46)”.
Menurut
Giri (2013 : 86), “tulang berkembang dari tulang rawan maupun dari membran yang
tersusun dari serabut jaringan ikat, membran akan berkembang menjadi tulang
pipih dan tulang pipa berkembang dari tulang rawan dan disebut sebagai tulang
kartiligo”.
Anak-anak pada usia
yang sama akan berbeda dalam pertumbuhan fisiknya. Cara terbaik untuk
memperkirakan kematangan fisik anak adalah dengan menggunakan umur tulang,
dengan mengukur perkembangan dari tulang badan. Menurut Sayuti (2011 : 48), “
tulang pada anak yang masih tumbuh dan berkembang masih belom terosifikasi
secara penuh dan masih lunak seta lentur”. karena pengerasan tulang pada masa
kanak-kanak belum sempurna
maka kecelakaan patah
tulang tidak terlalu berbahaya.
Perkembangan
tulang yang terjadi pada setiap manusia mencakup ukuran, jumlah dan
komposisi tulang. Perkembangan
tulang ini sejalan dengan kecenderungan pertumbuhan
lainnya. Seiring penambahan usia, bentuk badan akan kelihatan lebih
kurus sampai usia remaja. Dalam usia pertumbuhan, anak perempuan lebih cepat
perkembangannya daripada anak laki-laki, serta kematangan fisiknya lebih cepat
dari anak laki-laki dan itu mempengaruhi keberadaan mereka dilingkungan.
“Menurut Sayuti
(2011 : 48), “Percepatan pertumbuhan pada anak perempuan dimulai sekitar usia 9
tahun dan mencapai puncak pada saat usia 12 atau 13 tahun. Jadi sedikit lebih
tinggi dibandingkan dengan anak laki – laki yang berusia 12 sampai 14 tahun.
Tetapi setelah ini laki – laki akan mulai tumbuh lebih tinggi dibandingkan anak
perempuan”.
Menurut
Arnheim dan Postolesi dalan Sayuti (2011:49), “walaupun ukuran tinggi dan berat
badan akan berbeda satu sama lain, tetapi pada umumnya akan mengikuti pola yang
sama sejak dilahirkan sampai dewasa”. Yang mana pola ini ditandai dengan fase
perubahan pertumbuhan yang cepat sampai usia 2 tahun pertama, kemudian melambat
saat memasuki usia 5 tahun dan selanjutnya akan terjadi stagnasi pertumbuhan
dan diakhiri dengan pertumbuhan cepat pada masa remaja.
Menurut
Sayuti (2011 : 49), “Pertumbuhan cepat pada anak laki – laki dimulai dari usia
2 tahun kemudian 11 tahun dan akan mencapai puncaknya pada usia 14 sampai 15
tahun”. Penambahan berat badan akan mengikuti pola yang sama dengan pola
pertumbuhan tinggi badan. Lebih lanjut dijelaskan Corbin dalam Sayuti
(2011:49), “perempuan akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 12 tahun dan
laki – laki pada usia 14 tahun”.
Osifikasi atau
pengerasan tulang terjadi setelah orang dilahirkan, dan
akan berlangsung terus sampai masa remaja dan pada masa
akhir remaja pengerasan
tulang mencapai kesempurnaan.
Setelah pengerasan terjadi sempurna, maka setiap tulang akan mempunyai
ciri tersendiri dengan bentuknya masing-masing. Pengerasan terjadi tergantung
pada hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar thyroid.
“Biar
bagaimanapun juga tulang masih relatif lemah dan pada bagian – bagian tertentu
lainnya akan tetap lemah sampai pertumbuhannya benar – benar telah sempurna,penyempurnaan
pertumbuhan ini tidak akan sempurna sebelum menginjak akhir usia remaja
(Sayuti, 2011 : 65)”.
Menurut Sayuti
(2011 : 50), “pertumbuhan tinggi badan pada umumnya akan tercapai pada usia 16
tahun untuk perempuan dan 18 tahun untuk laki – laki”. Dari pendapat tersebut
terlihat jelas bahwa pertumbuhan tinggi badan lebih dahulu perempuan daripada
laki – laki.
c. Hormon
Menurut
Phillip (2010 : 161), “Hormon yang sangat penting bagi pertumbuhan manusia ada
dalam Pituitary Gland (Kelenjar pituitari) yang letaknya sangat dekat sekali
dengan Hypothalamus dalam otak”. Pertumbuhan hormon adalah satu-satunya
kelenjar lendir yang diproduksi secara terus menerus seumur hidup. Ini
berpengaruh pada perkembangan semua sel didalam tubuh, kecuali sistem susunan
syaraf pusat dan kelamin.
Bersamaan
dengan hypothalamus dan kelenjar pituitari mendorong kelenjar tyroid (di leher)
untuk melepas Thyroxine yang penting bagi perkembangan otak dan perkembangan
hormon dalam mempengaruhi ukuran badan.
Menurut Sayuti
(2011 : 65), “Pertumbuhan fisik manusia merupakan hal yang sangat rumit”. Tidak
hanya disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin maupun perbedaan individual pada
jenis kelamin yang sama tetapi juga perbedaan individual dari waktu ke waktu
selam proses pertumbuhan itu terjadi. Dari uraian tersebut dapat kita ambil
kesimpulan bahwa pertumbuhan pada usia anak – anak ditandai dengan pertumbuhan yang
lambat dan relatif stabil.
d. Sistem
Saraf Manusia
Menurut Giri
(2013 : 189), “semua kegiatan dan kerja dari alat – alat yang ada di dalam
tubuh manusia diatur dalam suatu sistem
koordinasi, dalam sistem koordinasi terdapat dua bagian yaitu sistem saraf dan
sistem hormon”. Sistem saraf manusia ibarat sebagai sebuah jaringan telefon
yang menghubungkan ke berbagai pelanggan. Saraf diibaratkan sebagai kabel
telefonnya yang menghantarkan pesan dari penelfon ke penerima telfon. Dari
ilustrasi tersebut terlihat jelas bahwa saraf berfungsi sebagai penerima
rangsangan dan menanggapi rangsangan.
Sistem saraf merupakan salah satu sistem
koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi
dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan
cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun
dalam.
“Menurut Giri (2013 : 190), untuk menanggapi
rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu: (1)
reseptor adalah alat penerima rangsangan atau impuls, pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera, (2) Penghantar impuls,
dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung
(akson), pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan
meluas,Sel saraf disebut neuron, (3) Efektor adalah bagian yang menanggapi
rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls, efektor yang paling
penting pada manusia adalah otot dan kelenjar”.
Di dalam tubuh
kita terdapat miliaran sel saraf yang membentuk sistem saraf. Menurut
Giri (2013 : 193), “sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi, sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang
belakang sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan
sistem saraf otonom”.
0 Comments:
Post a Comment