oleh:
Arie Asnaldi
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekerasi
Jurusan Pendidikan Olahraga Univeristas Negeri Padang
asnaldi@fik.unp.ac.id
Uraian Singkat....
1.
Kondisi Fisik
Untuk
mewujudkan prestasi yang maksimal kondisi fisik yang baik merupakan suatu hal
yang sangat diperlukan, Syafruddin (1999:32) mengatakan, “kondisi fisik
dibedakan atas pengertian sempit dan luas. Dalam arti sempit kondisi fisik
merupakan keadaan yang meliputi faktor kekuatan, kecepatan dan daya tahan.
Sedangkan arti luas adalah ketiga faktor kekuatan, kecepatan dan daya tahan,
ditambah dengan faktor kelenturan dan koordinasi”.
Sajoto
(1988:57) berpendapat kondisi fisik adalah salah satu prasayat yang sangat
diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan
dikatakan dasar landasan titik tolak suatu awalan olahraga prestasi. Menurut
Sarumpaet (1986:34) menjelaskan bahwa, “kondisi fisik adalah keadaan fisik
seseorang pada saat tertentu untuk melakukan pekerjaan sebenarnya. Seseorang dapat dikatakan memiliki
kondisi yang baik apabila ia mampu melakukan pekerjaan yang dibebankan
kepadanya tanpa terjadi kelelahan yang berlebihan”.
Selanjutnya
frohner ( dalam Syafruddin, 1999:35), bahwa latihan kondisi fisik umum berarti
latihan-latihan yang beraneka ragam untuk mengembangkan prestasi tubuh dan
untuk meningkatkan kemampuan kondisi fisik khusus. Sedangkan kondisi fisik
khusus merupakan komponen yang langsung dikaitkan dengan kebutuhan
masing-masing cabang olahraga. Jonath dan Krempel (dalam Syafruddin, 1999:36)
menyatakan bahwa kondisi fisik dihubungkan dengan kemampuan prestasi dalam
suatu cabang olahraga tertentu, maka kondisi fisik disini disebut kondisi fisik
khusu.
Dalam
pertandingan atletik kondisi fisik merupakan faktor utama dalam mencapai
prestasi, karena dalam pertandingan atletik sangat dibutuhkan kecepatan untuk
berlari, daya ledak kelincahan dalam pergerakan, serta mempunyai daya tahan
yang baik. Untuk itu, tanpa memiliki kondisi fisik yang baik, atlet atletik akan
sulit untuk mencapai prestasi yang membanggakan.
2.
Unsur-unsur Kondisi
Fisik
a.
Kecepatan (Speed)
Harsono (1988:256) menyatakan
kecepatan adalah “kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara
berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, kemampuan untuk jarak
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”.
Syafruddin
(1996:55) menyatakan kecepatan secara fisiologis diartikan “sebagai kemampuan
yang berdasarkan kelentukan (fleksibility) proses persyaratan dan alat-alat
otot melakukan dalam satuan waktu tertentu. Sedangkan secara fisikalis
kecepatan dapat diartikan sebagai jarak dibagi waktu, dan hasil dari pengaruh
dan kekuatan terhadap tubuh yang bergerak, dimana kekuatan dapat mempengaruhi
kecepatan gerak tubuh.
Dari
pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa kecepatan adalah suatu kemampuan
untuk melakukan gerak dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Sementara
itu faktor yang mempengaruhi kecepatan dipengaruhi oleh salah satu kemampuan
kondisi fisik adalah kecepatan. Menurut Jonathan dan Krempel yang dikutip oleh
Syafruddin (1996:63-64) kemampuan kecepatan dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut:
a. Kekuatan otot merupakan suatu persyaratan
mutlak dari kecepatan, tanpa kekuatan otot kecepatan tidak dapat ditingkatkan.
Oleh karena itu untuk memperoleh kecepatan maksimal diperlukan oleh yang kuat.
b. Tegangan otot (urskositas), merupakan
serabut otot bisa dipertahankan sedikit melalui pemanasan.
c.
Kecepatan reaksi
d.
Kecepatan kontraksi
e.
Koordinasi
f.
Daya tahan kecepatan
g. Ciri-ciri antropometrik seperti
perkembangan panjang tungkai dengan bentuk tubuh dan lain-lain mempengaruhi
pengembangan kecepatan.
Kecepatan diartikan sebagai kemampuan tubuh melakukan gerakan sebanyak
mungkin dalam waktu tertentu. Atau dapat juga diartikan sebagai kemampuan tubuh
melakukan suatu gerakan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Secara
fisologis kecepatan diartikan sebagai kemampuan yang berdasarkan kelentukan
(fleksibilitas), proses sitem persyarafan dan alat-alat otot untuk melakukan
gerakan-gerakan dalam satu satuan waktu tertentu. Sedangkan secara fisikalis
kecepatan dapat diartikan sebagai jarak dibagi waktu, dan hasil dari pengaruh
kekuatan terhadap tubuh yang bergerak, dimana kekuatan dapat mempercepat
gerakan tubuh (Syafruddin, 1992:56).
b.
Daya Ledak Otot Tungkai
Daya ledak sering disebut juga power,
karena proses terjadinya anaerobik yang memerlukan waktu tercepat dan tenaga
yang kuat, kemampuan ini merupakan kombinasi antara kakuatan dan kecepatan. Menurut Bafirman (1999:59) tentang daya
ledak mengemukakan bahwa:
“Daya ledak
sangat penting bagi penampilan sebab dapat menentukan berapa keras seseorang
dapat memukul/ menendang, berapa jauh seorang dapat melempar, berapa tingginya
seorang dapat melompat dan memperjauh lompatannya, berapa cepat seorang dapat
berlari dan berenang. Semuanya dalam keadaan sewaktu-waktu dapat meledak secara
maksimal dalam upaya memperoleh kekuatan secara baik dan benar”.
Berdasarkan
kutipan diatas, jelaslah bahwa daya ledak merupakan kemampuan untuk menampilkan
kekuatan maksimum dan kecepatan maksimal secara eksplisif dalam waktu cepat dan
singkat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, sehingga otot yang menampilkan
gerakan eksplosif sangat kuat dan cepat dalam berkontraksi.
Dalam
melakukan teknik-teknik yang baik dalam olahraga cabang tertentu, sangat
dibutuhkan sekali daya ledak otot tungkai seperti: atletik (lari 100 Meter).
Daya ledak totot tungkai digunakan untuk tolakan kaki pada saat start.
c.
Kecepatan Reaksi
Beberapa
ahli telah menyampaikan pandangannya tentang pengertian kecepatan reaksi,
yaitu:
1) Sajoto (1988:59) mengemumngkakan: “reaksi
atau reaction adalah kemampuan seseorang segera bertindak secepatnya dalam
menangapi rangsangan yang datang leat indera syaraf atau feeling lainnya”.
2)
San
(1992:4) mengemukakan: “kecepatan reaksi adalah kemampuan menjawab rangsangan akustik,
optic dan tactil secara cepat. Rangsangan akuatik (pendengaran)
misalnya bunyi pistol, pluit, tepukan tangan dan sebagainya. Rangasangan
optic (mata) misalnya gerakan tangan, cahaya, warna bola dan sebagainya. Rangsangan tactil (kulit) misalnya
memegang/ menyentuh kulit atau badan “.
3) Nurhasan (1986:47) menjelaskan: ‘reaksi
dapat diartikan waktu interfal antara waktu penerimaan rangsanagan dengan
jawaban”.
4) Suharno (1985:31) mengemukakan: “kecepatan
reaksi adalah kemampuan organisme atlet untuk menjawab suatu rangsangan secapat
mungkin dalam mencapai hasil yang sebaik-baiknya”.
5) Akip dalam Jusni (1995:16) mengemungkakan:
“Reaction Time (kecepatan reaksi) adalah waktu tersingkat yang
dibutuhkan untuk memberikan jawaban setelah menerima suatu rangsangan”.
Berpedoman
pada berbagai pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan kecepatan reaksi
dalam penelitian ini adalah kemampuan atlet atletik Belibis Club Kab. Solok
untuk menggunakan waktu secepat mungkin guna bereaksi memilih warna sesuai
dengan warna yang ditampilkan alat pengukur kecepatan reaksi (whole body
rection) setelah diberi rangsangan berupa penampilan warna. Dengan kata
lain, hasil pengukuran kecepatan reaksi disebut waktu reaksi.
Kecepatan
reaksi yang diperlukan dalam atletik tergolong pada reaksi komleks (karena
atlet perlu berkontraksi untuk memberikan jawaban terhadap beberapa rangsangan
yang diterimanya yakni rangsangan akustik/ pendengaran, optic/ mata
dan tactil/ sentuhan kulit).
Rangsangan
optic yang diberikan dengan menampilkan warna, hendaknya diterima dan dijawab
oleh atlet atletik Belibis Club Kab. Solok dengan cepat dalam bentuk menekan
tombol pilihan warna sesuai dengan warna yang ditampilkan. Oleh karena itu,
kecepatan reaksi pada hakekatnya memerlukan kecepatan untuk segera bereaksi
terhadap rangsangan yaitu dengan melakukan gerakan atau kontraksi otot. Dengan terjadinya kontraksi otot berakhirlah kecepatan reaksi.
d.
Kelincahan
Menurut
Poerwadarminto, (1986). Kelincahan berasal dari kata lincah yang berarti gesit
atau cekatan. Sedangkan menurut (Suharno, 1985:32) mengatakan bahwa: kelincahan
adalah kemampuan seseorang untuk merubah posisi dan arah secepat mungkin sesuai
dengan situasi yang dihadapi dan dikehendaki.
Kelincahan
yang dimiliki merupakan hasil mengikuti latihan. Kelincahan merupakan modal
dalam gerak dengan cepat sesuai dengan situasi dan kondisi dari gerak yang akan
dilakukan. Dengan demikian kelincahan merupakan dasar dalam mempelajari
gerakan-gerakan yang baru. Dalam hal ini Krejci & Peter (1976)
mengemungkakan bahwa kelincahan merupakan sekelompok otot untuk bergerak dengan
fungsi motorik tinggi yang sangat bergantung dari masing-masing individu.
Selanjutnya
(Harsono, 1988:172) menyatakan dalam bukunya tentang kelincahan sebagai
berikut:” orang yang lincah adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk merubah
arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa
kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuh”.
Ini berarti
bahwa kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk merubah arah dan posisinya
yang dikehendaki dengan cepat dan tepat sesaat sedang bergerak tanpa kehilangan
kesadaran dan keseimbangan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Mengingat
banyaknya komponen-komponen yang ikut mempengaruhi kelincahan, maka dapat
dikatakan bahwa kelincahan merupakan satu komponen yang sangat penting dalam
olahraga atletik.
Berdasarkan
uraian diatas sangat perlu sekali perhatian khusus dalam pengembangan unsur
kelincahan. Atlet memiliki kelincahan yang baik, maka hasil pergerakannya akan
baik pula. Adapun beberapa contoh latihan kelincahan
antara lain adalah; zig zag run, shuttle run, sguat thrust dan lain-lain
sebagainya.
e.
Daya Tahan (Endurance)
Secara
sederhana daya tahan dapat diartikan dengan kemampuan menghadapi kelelahan.
Namun, secara definitif daya tahan merupakan kemampuan organisme tubuh untuk
mengatasi kelelahan yang disebabkan oleh pembebanan dalam waktu yang relatif
lama. Weineck (dalam syafruddin, 1992:62) mengartikan: “daya tahan sebagai
kemampuan atlet mengatasi kelelahan fisik dan psikis (mental)”. Dengan demikian
daya tahan dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh dalam mengatsi beban latihan
tanpa menyebabkan kelelahan yang berarti.
Daya tahan
merupakan salah satu elemen kondisi fisik yang penting, kerena merupakan basis
dari elemen-elemen kondisi fisik yang lain. Secara fisiologis, daya tahan
berhubungan dengan kemampuan jantung dan organ pernafasan. Kemampuan jantung
dapat menambah volume semenit (cardiac out put) untuk transport oksigen
dan zat-zat yang dipergunakan dalam sistem metabolik. Dengan adanya ketahanan
jantung dalam bekerja, maka pompaan darah akan lebih lancar sehingga sel-sel
memerlukan aliran darah dapat dipenuhi sesuai dengan keperluannya. Fox (dalam
Bafirman 2006:22).
Dalam suatu
pertandingan, seorang atlet mampu bergerak lebih lama selama pertandingan
berlangsung tanpa mengalami kelelahan yang berarti dalam melaksanakan teknik
dan taktik yang ada pada olahraga atletik. Pada pertandingan berlangsung dimana
penyerangan dan pertahanan harus dapat dilakukan oleh atlet dan harus selalu
bergerak dinamis serta agresif untuk mencari keuntungan dalam setiap momen yang
ada. Jika seorang atlet atletik tidak memiliki VO2max yang baik,
maka dia akan kesulitan untuk mengikuti latihan maupun suatu pertandingan,
walaupun atlet tersebut memiliki kemampuan teknik yang baik.
Dari
uraian-uraian diatas, terlihat bahwa sangat penting volume oksigen maksimal (VO2max)
bagi tubuh manusia, terutama untuk kesegaran jasmani dan ketahanan jantung,
otot-otot dan persendian.
Dengan
demikian komponen kondisi fisik yang telah diuraikan diatas perlu ditingkatkan
harus dilakukan dengan latihan fisik, yang terarah, terorganisir, dan
terprogram.
0 Comments:
Post a Comment