Oleh:
Arie Asnaldi
Arie Asnaldi
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan
dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu
Keolahragaan
Universitas Negeri Padang
1.
Pengertian
Kemampuan Motorik
Menurut
Depdikbud dalam Gusril (2008 : 10),“Kemampuan adalah kecakapan, kekuatan dan
kesanggupan melakukan sesuatu”. Dari pendapat tersebut kemampuan dapat
diartikan sebagai kecakapan dan kesanggupan siswa dalam melakukan suatu
aktivitas gerak. Dalam kehidupan manusia gerak merupakan suatu kebutuhan dan
mempunyai nilai yang sangat penting bagi manusia itu sendiri. Mengapa dapat
dikatakan demikian ? Karena melalui gerak manusia dapat mengatasi berbagai
persoalan dalam hidupnya. Gerak dibutuhkan manusia untuk menjalani kegiatannya
sehari – hari serta melalui gerak manusia dapat belajar dan mengalami sendiri
suatu pengalaman gerak sesuai dengan banyaknya gerak yang ia lakukan atau
latihan.
Berbicara
masalah gerak, tentu hal ini tidak terlepas dari istilah motorik. Banyak orang
berpendapat bahwa gerak dan motorik punya arti yang sama padahal sebenarnya
mempunyai arti yang berbeda. Pengertian gerak dan motorik seringkali tidak
dapat dipisahkan, karena keduanya memang terdapat hubungan saling mempengaruhi.
Menurut Kiram (2000 : 5), “motorik adalah suatu peristiwa laten yang meliputi
keseluruhan proses – proses pengendalian dan pengaturan fungsi – fungsi
fisiologis maupun secara spikis yang menyebabkan terjadinya suatu gerak”. Dari pendapat tersebut terlihat
jelas bahwa motorik dengang gerak itu berbeda akan tetapi saling berkaitan.
Menurut Kiram (2000 : 5), “gerak diartikan sebagai sebuah perubahan tempat,
posisi, dan kecepatan tubuh atau bagian tubuh manusia yang terjadi dalam suatu
dimensi ruang, waktu dan dapat diamati secara objektif”. Dari pendapat di atas
motorik merupakan suatu pristiwa laten yang akan menyebabkan terjadinya gerak
sedangkan gerak merupakan sebagai aplikasi atau realisasi nyata yang nampak
dari hasil proses motorik tersebut.
Gerak merupakan
sesuatu yang dapat diamati sedangkan motorik merupakan proses terjadinya gerak.
Kemudian perkembangan motorik tercermin dari munculnya keterampilan baru.
Misalnya jika kita perhatikan pada awalnya anak – anak bergerak tanpa sengaja
(reflek), kemudian gerak anak semakin lama semakin berkembang dan anak – anak
mendapatkan keterampilan baru seperti berlari, melompat dan lain sebagainya.
Untuk mengembangkan keterampilan ini anak – anak harus banyak melakukan latihan
dan mengulang keterampilan tersebut berkali – kali sampai terjadinya
kesempurnaan keterampilan gerak.
“Kemampuan
motorik adalah suatu kesanggupan dan kecakapan seseorang yang dapat
mempermudahnya dalam melakukan keterampilan gerak (Gusril, 2008 : 12)”. Dari
pendapat di atas dapat kita katakan kemampuan mtororik tersebut merupakan
kesanggupan seseorang dalam melakukan suatu aktivitas. Lebih lanjut dijelaskan
Lutan dalam Gusril (2008 : 12), “kemampuan motorik juga merupakan kualitas umum
yang dapat ditingkatkan melalui latihan”. Artinya, kemampuan motorik merupakan
kesanggupan seseorang dalam melakukan suatu aktivitas gerak yang bisa
ditingkatkan jika melalui latihan. Pendapat lain menyatakan, “bahwa kemampuan
motorik adalah kemampuan individual yang mendasari penampilan dalam berbagai
keterampilan motorik (Burton dalam Gusril, 2008 : 12)”. Dengan demikian,
kemampuan motorik dapat diartikan sebagai kualitas kemampuan seseorang dalam
melakukan gerakan, yang dipandang sebagai landasan berhasil atau tidaknya untuk
menyelesaikan keterampilan gerak. Seseorang akan bisa melakukan suatu
keterampilan yang lebih rumit dengan sempurna jika seseorang tersebut memiliki
tingkat kemampuan motorik yang lebih baik. Berikut skema proses terjadinya
gerak :
Gambar 1. Proses
Terjadinya Gerak
Sumber : (Giri, 2013 : 190)
Kemampuan
motorik ini sangat penting dimiliki oleh anak terutama bagi siswa sekolah
dasar. Karena kemampuan motorik dipandang sebagai landasan bagi perkembangan
keterampilan gerak anak dan sebagai landasan keberhasilan anak di masa yang
akan datang dalam melakukan tugas keterampilan olahraga. Artinya pada anak
sekolah dasar kemampuan motorik adalah salah satu aspek penting dalam mengikuti
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Kemampuan motorik
adalah salah satu tujuan dan fungsionalisasi potensi yang dimiliki siswa yang
diperoleh dari pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
disekolah.
Kemampuan
motorik setiap orang berbeda – beda satu sama lainnya. Karena, kemampuan
motorik tergantung kepada banyaknya pengalaman gerak yang dialami dan
dikuasainya. “Perbedaan tersebut ditentukan oleh perbedaan kemampuan kondisi
dan koordinasi yang dimiliki seseorang, perbedaan usia, perbedaan pengalaman
gerakan, perbedaan jenis kelamin, perbedaan kognitif, perbedaan frekuensi
latihan dan lain sebagainya (Kiram, 200 : 23)”. Menurut Magill dalam Gusril
(2008 : 13), ”menyatakan kemampuan motorik dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu
: kemampuan persepsi motorik (perceptual
motor ability) dan kemampuan ketangkasan fisik (physical abilities)”.
Menurut Sayuti
(2011 : 81), “Persepsi tidak dapat dilihat secara terpisah atau berdiri sendiri
dari domain kognitif maupun psikomotorik”. Kemampuan persepsi motorik merupakan
kesanggupan anak dalam menerima dan menanggapi
berbagai bentuk rangsangan (stimulus) baik yang datang dari dalam maupun
dari luar dirinya. Rangsangan itu bisa dalam bentuk suara, sinar, sentuhan, bau
dan rasa yang dirasakan oleh alat indra seseorang. Sedangkan kemampuan
ketangkasan fisik merupakan kesanggupan anak dalam bentuk pengaplikasian dari
proses persepsi atau output dari persepsi motorik tersebut dalam bentuk
melakukan suatu aktivitas gerak.
2.
Unsur
– Unsur Kemampuan Motorik
Menurut Gusril
(2008 : 16), “adapun unsur – unsur yang terkandung dalam kemampuan motorik
yaitu : kekuatan, koordinasi, kecepatan, keseimbangan dan kelincahan yang dapat
dikembangkan secara penuh melalui program latihan”. Artinya, kemampuan motorik
seseorang dapat dilihat dari beberapa unsur - unsur tersebut, dengan melatihnya
secara terus - menerus maka kemampuan motorik seseorang akan meningkat sesuai
dengan banyak pengalaman gerak yang dimilikinya. Adapun cara untuk mengetahui
tingkat kemampuan motorik seseorang yaitu dengan memberikan beberapa bentuk tes
yang sudah ada, yang mana pada tes tersebut mengandung unsur – unsur sesuai dengan
pendapat tersebut.
“Kekuatan adalah
kemampuan sekelompok otot untuk menimbulkan tenaga sewaktu kontraksi (Gusril,
2008:16)”. Dari pendapat di atas kekuatan merupakan kemampuan otot untuk
menimbulkan tenaga dalam melakukan suatu aktivitas. Sedangkan menurut
Syafruddin (1999 : 36), “secara fisiologis kekuatan merupakan kemampuan otot
mengatasi beban atau tahanan”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekuatan
merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan suatu gaya dalam berbagai
bentuk aktivitas yang melibatkan otot – ototnya. Oleh karena itu kekuatan otot
sangat penting untuk dimiliki oleh seorang anak. Kekuatan otot tersebut
berperan untuk membantunya dalam menjalankan aktivitasnya sehari – hari dan
mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan disekolah.
Yang mana pada usia anak – anak banyak
di isi dengan aktivitas bermain yang banyak menggunakan fisik seperti berjalan,
berlari, melompat, melempar, mendorong, bergantung dan memanjat.
“Koordinasi
adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan secara tepat, cermat dan
ifisien, (Wahjoedi, 2001 : 61)”. Dari pendapat di atas, dapat kita ketahui
bahwa koordinasi merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan suatu gerakan
yang lebih rumit secara cepat dan tepat.
Menurut Wahjoedi
(2001 : 61), “Kecepatan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan dalam
waktu yang sesingkat – singkatnya”. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan
bahwa kecepatan merupakan kemampuan seseorang dalam berpindah posisi dari suatu
titik ke titik yang lainnya dalam waktu yang sesingkat – singkatnya.
“Keseimbangan
adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi atau sikap tubuh secara tepat pada
saat melakukan gerakan (Wahjoedi, 2001 : 61)”. Dari pendapat tersebut jelas
bahwa keseimbangan merupakan kemampuan seseorang dalam mempertahankan tubuhnya
dalam berbagai posisi. Sedangkan menurut Wahjoedi (2001 : 61), “kelincahan
adalah kemampuan tubuh untuk mengubah arah secara cepat tanpa adanya gangguan
keseimbangan atau kehilangan keseimbangan”. Dari pendapat tersebut dapat
diartikan bahwa kelincahan merupakan kemampuan seseorang dalam mengubah arah
dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat dari suatu tempat ke tempat yang lain
dalam waktu yang sesingkat – singkatnya.
3.
Faktor
– Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Motorik
Menurut Gusril
(2008 : 11), “kemampuan motorik dipengaruhi oleh faktor mekanik dan fisik”.
Adapun faktor mekanik terdapat unsur – unsur sebagai berikut:
a.
Faktor
keseimbangan yang terdiri dari pusat gaya, garis gaya dan dasar penyokong
badan.
b.
Faktor
pemberi daya yang terdiri dari gerak yang lamban, percepatan dan
aktivitas/reaksi.
c.
Faktor
penerima daya yang terdiri dari daerah permukaan dan jarak.
d.
Kemampuan
lakomotor terdiri dari fase refleks, fase belum sempurna, fase dasar dan fase
spesialisasi.
e.
Kemampuan
manipulatif
f.
Kemampuan
yang stabil
Sedangkan
faktor fisik terdapat unsur – unsur sebagai berikut :
a.
Faktor
kesegaran jasmani yang terdiri dari kekuatan, daya tahan aerobic, daya tahan
kelentukan, dan komposisi tubuh.
b.
Faktor
kesegaran gerak (motor fitness) yang
terdiri dari kecepatan, kelincahan, koordinasi, keseimbangan dan daya ledak (power).
Dari pendapat ahli
di atas, maka faktor – faktor yamg mempengaruhi kemampuan motorik seseorang
dapat di bagi menjadi dua yaitu kondisi internal dan eksternal. Kondisi
internal mencakup karakteristik yang melakat pada individu, seperti tipe tubuh,
motivasi dan lain sebagainya yang membedakan seseorang dengan yang lainnya.
Sedangkan kondisi eksternal mencakup faktor – faktor yang terdapat di luar
individu yang memberikan pengaruh terhadap individu tersebut seperti rangsangan
dan lain sebagainya.
4.
Tahap
Kemampuan Motorik
Menurut Fitts
dan Posner dalam Lutan (1988 : 305), “menyatakan tahap – tahap belajar motorik
yakni tahap kognitif, tahap asosiatif dan tahap otomatis”. Dari pendapat di
atas ada tiga tahap belajar motorik yaitu tahap kognitif, asosiatif dan
otomatis. Yang mana pada tahap kognitif sesesorang hanya mengetahui saja
misalnya bagaimana cara menendang bola. Namun pada tahap asosiatif seseorang
sudah mempraktek bagaimana cara menendang bola, jika salah kemudian dikoreksi
dan dipraktekkan kembali. Setelah melalui banyak latihan dan koreksi maka akan
sampai pada tahap otomatis.
Pada masa anak –
anak usia sekolah dasar pada umumnya memiliki pengalaman – pengalaman gerakan.
Pengalaman gerakan yang mereka miliki pada umumnya pengalaman yang mereka
peroleh pada dari berbagai aksi motorik yang mereka lakukan dari kehidupan
sehari – hari. Artinya, pengalaman gerakan yang mereka miliki terbatas pada
variasi – variasi yang mereka lakukan sehari – hari. Seperti berlari, berjalan,
melompat, melempar, berguling, memanjat dan lain sebagainya. Tetapi belum lagi
terarah pada suatu cabang olahraga tertentu, walaupun pengalaman gerakan yang
mereka miliki tersebut akan membantu mempermudah penguasaan keterampilan
motorik olahraga. Seorang anak akan menguasai suatu keterampilan jika telah
melewati banyak koreksi dan latihan yang panjang.
“Kemampuan seseorang untuk dapat
menguasai keterampilan – keterampilan motorik olahraga berbeda – beda, perbedaan
tersebut ditentukan oleh : kemampuan kondisi dan koordinasi yang dimiliki,
perbedaan usia, pengalaman gerakan, jenis kelamin, frekuensi latihan, perbedaan
tujuan dan motivasi dalam mempelajari suatu keterampilan motorik serta perbedaan
suatu kemampuan kognitif (Kiram, 2000:23)”.
Dari pendapat di
atas, dalam hal penguasaan suatu keterampilan guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar
perlu memahami setiap ciri - ciri koordinasi gerakan yang merupakan faktor penentu
keberhasilan seseorang dalam penguasaan keterampilan motorik dalam olahraga.
5.
Fungsi
Kemampuan Motorik
Semakin banyak
siswa melakukan aktivitas gerak maka unsur – unsur kemampuan motorik akan terus
terlatih. Pengalaman gerak tersebut akan tersimpan dalam memori seseorang
individu dan pada kesempatan lainnya akan teringat kembali apabila mengalami
atau melakukan gerakan yang sama. Maka semakin banyak pengalaman gerak yang
dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar tentu ini akan mempercepat perkembangan siswa
tersebut dalam melakukan aktivitas motorik.
“Kiram dalam Gusril menyatakan ada tiga
dorongan yang timbul bagi anak berusia 6 – 12 tahun dalam pengembangan tugas –
tugasnya (a) dorongan dari lingkungan rumah ke kelompok sejawat / peer group, (b) dorongan pada realisasi
kerja adan suasana bermain yang masing – masing memerlukan neuromuskuler, (c)
dorongan ke dalam konsep dunia dewasa yang memerlukan peningkatan keterampilan,
seni berlogika dan komunikasi”.
0 Comments:
Post a Comment