Ilmu
pengetahuan berawal dari rasa ingin tahu mengenai suatu fenomena yang kita
temukan dalam kehidupan sehari-hari. Rasa ingin tahu tersebut merangsang kita
untuk mengetahui lebih mendalam mengenai apa, mengapa atau bagaimana fenomena
yang kita temukan. Dengan demikian, ilmu pengetahuan barawal dari adanya
fenomena, baik fenomena itu terjadi di alam, masyarakat atau diri manusia.
Fenomena dapat pula timbul dari gagasan yang berupa praduga, tanpa adanya
kejadian yang konkrit. Fenomena itu dapat pula diciptakan melalui percobaan
dalam lingkungan yang terkendali. Selanjutnya fenomena itu diamati dan dinalar
untuk mencari hubungan sebab-akibat (kausalitas) antara variabel dalam fenomena
tersebut. Proses pengamatan dan penalaran tersebut dilakukan secara sistematis
dengan cara yang disebut metode ilmiah. Jadi, ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan tentang hubungan sebab-akibat suatu fenomena yang disusun secara
sistematis dari pengamatan, penalaran atau percobaan.
Pengembangan
ilmu pengetahuan dimulai dengan menetapkan postulatpostulat, yaitu asumsi yang
dianggap benar tanpa harus dibuktikan. Selanjutnya disusun logika, yaitu aturan
berpikir yang berlaku dalam cabang ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Logika
tersebut diterapkan dengan sistematis untuk membangun tesis (pendapat) atau
teori tentang hubungan sebab-akibat sebagai hasil postulat dan logika dalam
sistem berpikir tersebut diatas. Dalam membangun ilmu pengetahuan, kebenaran
hubungan sebab-akibat dijabarkan dari fakta-fakta yang diamati dari fenomena
yang diteliti. Kebenaran tersebut harus bersifat universal dan dapat diuji
kembali. Cara pengembangan ilmu pengetahuan seperti diuraikan di atas disebut
metode ilmiah. Dengan demikian ilmu pengetahuan dan metode ilmiah mempunyai
sifat logis, obyektif, sistematis, andal, dirancang, dan akumulatif.
Logis atau masuk akal, yaitu sesuai dengan
logika atau aturan berpikir yang ditetapkan dalam cabang ilmu pengetahuan yang
bersangkutan. Definisi,
aturan, inferensi induktif, probabilitas, kalkulus, dan lain-lain merupakan
bentuk logika yang menjadi landasan ilmu pengetahuan.
Obyektif
atau sesuai dengan fakta.
Fakta adalah informasi yang diperoleh dari pengamatan atau penalaran fenomena.
Obyektif dalam ilmu pengetahuan berkenaan dengan sikap yang tidak tergantung
pada suasana hati, prasangka atau pertimbangan nilai pribadi. Atribut obyektif
mengandung arti bahwa kebenaran ditentukan oleh pengujian secara terbuka yang
dilakukan dari pengamatan dan penalaran fenomena.
Sistematis
yaitu adanya konsistensi
dan keteraturan internal. Kedewasaan ilmu pengetahuan dicerminkan oleh adanya
keteraturan internal dalam teori, hukum, prinsip dan metodenya. Konsistensi
internal dapat berubah dengan adanya penemuan-penemuan baru. Sifat dinamis ini
tidak boleh menghasilkan kontradiksi pada azas teori ilmu pengetahuan.
Andal yaitu dapat diuji kembali secara terbuka
menurut persyaratan yang ditentukan dengan hasil yang dapat diandalkan. Ilmu
pengetahuan bersifat umum, terbuka dan universal.
Dirancang. Ilmu pengetahuan tidak berkembang dengan
sendirinya. Ilmu pengetahuan dikembangkan menurut suatu rancangan yang
menerapkan metode ilmiah.
Rancangan ini akan menentukan mutu keluaran ilmu pengetahuan.
Akumulatif. Ilmu pengetahuan merupakan himpunan fakta, teori, hukum atau aturan,
yang terkumpul sedikit demi sedikit. Apabila ada kaedah yang salah, maka kaedah
itu akan diganti dengan kaedah yang benar. Kebenaran ilmu bersifat relatif dan
temporal, tidak pernah mutlak dan final, sehingga dengan demikian ilmu
pengetahuan bersifat dinamis dan terbuka.
0 Comments:
Post a Comment