Kemampuan
gerak dalam proses, penulis melihat secara realitas masih banyak karateka
melakukan gerak kihon masih dalam
keraguan sehingga gerak yang ditampil telihat kaku dan terhambat, karateka
hanya memperhatikan gerak yang diperaga oleh pelatih dan melakukan gerakan
tersebut sesuai instruksi. Setalah berlatih gerakan-gerakan
dasar (kihon) barulah karateka
diberikan pengenal kata.
Setiap kata memiliki karakter berbeda,
kata shitei terdiri dari beberapa
kata
yang diberi nama heian yang memiliki
karakter yang sangat keras, harmonis, dan bertenaga. Menurut Wahid (2007:77) Kata
Heian berarti “Heian adalah Pikiran penuh kedamaian”. Kata heian pada shutokan
karate-do aliran dalam WKF (World
Karate Federation) ada lima tingkatan kata
yang harus dikuasai oleh karateka, masing-masing kata tersebut harus dilatih satu persatu berdasarkan tingkatan
sabuk menurut Danardono (2010:3) menyatakan adapun
jenis Kata heian yaitu:
Heian Shodan, Heian
Nidan, Heian Sandan, Heian Yondan, Dan Heian Godan. Pada setiap kata,
terdiri dari bebrapaa gerakan. Heian
shodan (kata 1) terdiri dari 21 gerakan. Heian Nidan (kata 2)
terdiri dari 27 gerakan, Heian Sandan
(kata 3) terdiri dari 25 gerakan, Heian Yondan (kata 4) terdiri dari 28 gerakan dan Heian Godan (kata 5)
terdiri dari 27 gerakan.
(Asnaldi, 2019) Seluruh
kata heian diatas dijadi materi
latihan berdasarkan tingkatan sabuk seperti; sabuk putih mereka harus menguasai
kata heian sondan dikenal dengan kata
1, sabuk kuning mereka akan diberikan latihan kata heian nindan dikenal dengan kata 2, setelah sabuk hijau kata 3,
biru kata 4, dan coklat kata 5. Seluruh kata
heian yang ditampilkan sudah baku dan tetap dengan penilaian yang telah
ditentukan oleh WKF mulai dari tingkat kota, daerah, nasional, asean, asia dan
internasional menampilkan dan memainkan kata
yang sama. Penilai ini tidak terbatas pada kata
saja akan tetapi kumite juga menggunakan peraturan WKF.
Di
dalam kata heian ada gerak cepat dan gerak lambat, dimana perpindahan dari
gerak lambat ke gerakan cepat harus dijaga keseimbangan. Bentuknya berubah-ubah
mengikuti irama dari setiap teknik, ada saatnya pengerahan tenaga dengan
kontrol pernapasan dan pada kesempatan yang tepat tiba-tiba dilontarkan tenaga
yang dipusat pada satu titik dikenal dengan daya ledak.
Dalam melakukan Kata kondisi mental karateka bisa
mempengaruhi keberhasilannya. Salah satunya adalah konsentrasi pemain, tingkat
konsentrasi karateka juga sangat mempengaruhi dengan keberhasilan melakukan kata.
Seorang karateka yang memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi biasanya berbeda
dengan karateka yang susah berkonsentrasi dalam melakukan kata. Konsentrasi adalah pemusatan pemikiran kepada
suatu objek tertentu. Priambodo, dalam Wicaksono (2013:44). “Konsentrasi
merupakan hal yang penting dalam aktivitas hidup”.
Aktifitas seseorang bisa dilakukan dengan baik jika orang tersebut
memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi. Karena dalam kehidupan ini berbagai
aktifitas yang harus dilakukan sangat kompleks, begitupun dalam aktifitas
olahraga, kemampuan konsentrasi sangat membantu karateka dalam menampilkan
berbagai keterampilannya khususnya dalam menghadapi berbagai pertandingan.
Dojo
Angkasa Lanud Padang adalah salah satu Dojo
Lemkari (Lembaga Karate-DO Indonesia) yang beraliran shutokan Karate yang ada di Kota Padang, karateka yang dojo ini terdiri
dari siswa-siswi SMP Angkasa Lanud Padang dan juga masyarakat umum. Karateka
pada Dojo Lemkari Angkasa Lanud Padang memiliki berbagai macam prestasi dimana
dahulu sempat memiliki prestasi yang cukup membanggakan karateka yang
beprestasi pada kategori Kata dan kumite.
Berdasarkan
pencermatan dan tinjauan yang peneliti lakukan di Dojo Lemkari Karate Angkasa Lanud Padang kedua terlihat bahwa
sebagian besar karateka masih memiliki penguasaan kata yang kurang baik dalam menampilkan teknik kihon yang terdapat dalam kata.
Peneliti memperhatikan pada saat karateka melakukan gerakan kata masih banyak karateka tidak
menempatkan komponen kondisi fisik dalam gerak sehingga gerakan yang mereka
lakukan terlihat kaku dan tersendat-sendat apalagi gerak yang bersifat
kontinyu.
Sehingga dari observasi tersebut peneliti menduga banyak faktor
yang mempengaruhi dalam menampilkan kata.
Berkaitan dengan keadaan kondisi fisik karateka peneliti merasa perlu
dikembangkan dalam bentuk latihan-latihan kondisi fisik dalam bentuk sirkuit
yang terdiri beberapa komponen kondisi fisik dalam satu kali pelaksanaan
latihan seperti zig-zag run digabungkan dengan lempar tangkap bola,
tarik-menarik dengan lompat kodok, melempar bola sejauh mugkin dengan langsung
mengejar bola yang telah dilempar tersebut dan masih banyak lagi jenis latihan
fisik yang dapat membatu karateka dalam beradaptasi dengan kondisi fisik yang
dibutuh dalam penguasaan kata heian yodan tersebut.
Dari
pandangan diatas penulis menduga ada dua faktor secara umum yang berhubungan
yaitu faktor internal dan eksternal, faktor secara internal diantaranya adalah
minat, persepsi, kognitif, motivasi, gizi, dan afektif. Secara eksternalnya
sangat banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya, penguasaan teknik dasar (Kihon), rutinitas, ekonomi, dukungan
orang tua, kopetensi pelatih, dan kondisi fisik. Faktor-faktor tersebut sangat
besar hubungan dan kontribusinya dalam penguasaan Kata.
Sehingga
secara garis besar faktor utama dalam sebuah penguasaan gerakan dalam kata adalah kognitif, kondisi fisik,
teknik, lisensi pelatih, dan gizi. Salah satu faktor ekternal adalah kemampuan
fisik yang berhubungan dengan kemampuan gerak (motor ability) yang mempengaruhi penampilan kihon yang telah dirangkai pada kata
baik dalam latihan maupun dalam pertandingan.
Merujuk ke:
Asnaldi, A. (2019). Kontribusi Motor Ability Dan
Konsentrasi Terhadap Kemampuan Penguasaan Kata Heian Yodan Karateka Lemkari
Dojo Angkasa Lanud Padang. Jurnal Menssana, 4(1), 17.
https://doi.org/10.24036/jm.v4i1.30
Bakhtiar, S. (2014). Keterampilan motorik mendasar di antara anak-anak berusia 6 tahun di Padang, Sumatera Barat, Indonesia. Ilmu Sosial Asia , 10 (5), 155-158.
Muryani, T. (2017). Analisis Kesalahan Fonologis pada Anak Tunagrahita dan Implikasinya terhadap Pembelajaran. Studi Kasus Sekolah Menengah Atas Luar Biasa C di Sekolah Luar Biasa Permata Ciranjang Kabupaten Cianjur (Bachelor's thesis, Jakarta: FITK UIN Jakarta).
0 Comments:
Post a Comment