Seseorang
yang melakukan suatu aktivitas secara teratur, terencana, berulang-ulang dengan
kian hari semakin berat beban kerjanya sering dinyatakan bahwa orang tersebut
sedang melakukan latihan. Hal ini didasarkan pada pengertian training yang
dijelaskan oleh Harsono (1988:101) bahwa “Training adalah proses yang
sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang
dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan/pekerjaannya.” Kemudian
Giriwijoyo (1992:78) menjelaskan sebagai berikut:
Latihan
ialah upaya sadar yang dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis untuk
meningkatkan kemampuan fungsional raga yang sesuai dengan tuntutan penampilan
cabang olahraga itu, untuk dapat menampilkan mutu tinggi cabang olahraga itu
baik pada aspek kemampuan dasar (latihan fisik) maupun pada aspek kemampuan
keterampilannya (latihan teknik).
Berdasarkan
penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses
pemberdayaan diri melalui suatu aktivitas yang sistematis, berulang-ulang, dan
kian hari kian menambah beban tugasnya.
Prinsip-prinsip Latihan
Salah
satu faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan
prestasi atlet adalah penerapan prinsip-prinsip latihan dalam pelaksanaan
program latihan. Hal ini disebabkan prinsip-prinsip latihan merupakan faktor
yang mendasar dan perlu diperhatikan dalam pelaksanaan suatu program latihan.
Harsono (1991:83) menyatakan:
Agar
prestasi dapat meningkat, latihan harus berpedoman pada teori dan prinsip
latihan. Tanpa berpedoman pada teori dan prinsip latihan yang benar, latihan
seringkali menjurus ke praktek mala-latih (mal-practice) dan latihan
yang tidak sistematis-metodis sehingga peningkatan prestasi sukar dicapai. Prinsip-prinsip
latihan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a.
Prinsip pemanasan tubuh (warming-up
principle) Pemanasan tubuh penting dilakukan sebelum berlatih. Tujuan
pemanasan ialah untuk mempersiapkan fungsi organ tubuh guna menghadapi kegiatan
yang lebih berat dalam hal ini adalah penyesuaian terhadap latihan inti.
b.
Prinsip beban lebih (overload
principle) Sistem faaliah dalam tubuh pada umumnya mampu untuk
menyesuaikan diri dengan beban kerja dan tantangan-tantangan yang lebih berat.
Selama beban kerja yang diterima masih berada dalam batas-batas kemampuan
manusia untuk mengatasinya dan tidak terlalu berat sehingga menimbulkan
kelelahan yang berlebihan, selama itu pulalah proses perkembangan fisik maupun
mental manusia masih mungkin, tanpa merugikannya. Jadi beban latihan yang
diberikan kepada atlet haruslah cukup berat dan cukup bengis namun realistis
yaitu sesuai dengan kemampuan atlet, serta harus dilakukan berulang kali dengan
intensitas yang tinggi. Harsono (2004:9) menyatakan, “Beban latihan yang
diberikan kepada atlet haruslah secara periodik dan progresif ditingkatkan.”
c.
Prinsip sistematis (systematic
principle) Latihan yang benar adalah latihan yang dimulai dari kegiatan
yang mudah sampai kegiatan yang sulit, atau dari beban yang ringan sampai beban
yang berat. Hal ini berkaitan dengan kesiapan fungsi faaliah tubuh yang
membutuhkan penyesuaian terhadap beratnya beban yang diberikan dalam latihan.
Dengan berlatih secara sistematis dan dilakukan berulang-ulang yang konstan,
maka organisasi-organisasi sistem persyarafan dan fisiologis akan menjadi
bertambah baik, gerakan yang semula sukar akan menjadi gerakan yang otomatis
dan reflektif.
d.
Prinsip intensitas (intensity
principle) Perubahan-perubahan fungsi fisiologis yang positif hanyalah
mungkin apabila atlet dilatih melalui suatu program latihan yang intensif yang
dilandaskan pada prinsip overload dimana secara progresif menambah beban kerja,
jumlah pengulangan serta kadar intensitas dari pengulangan tersebut. Harsono
(2004:11) menyatakan, “Intensitas yang kurang dari 60%-70% dari kemampuan
maksimal atlet tidak akan terasa training effect-nya (dampak/manfaat
latihannya).
e.
Prinsip pulih asal (recovery
principle) Harsono (2004:11) menyatakan, “Perkembangan atlet bergantung
pada pemberian istirahat yang cukup seusai latihan agar regenerasi tubuh dan
dampak latihan bisa dimaksimalkan.” Dalam hal ini atlet perlu mengembalikan kondisinya dari
kelelahan akibat latihan melalui istirahat.
f.
Prinsip variasi latihan, latihan
dalam jangka waktu yang lama sering menimbulkan kejenuhan bagi atlet, apalagi
program latihan yang dilaksanakan bersifat jangka panjang. Oleh karena itu,
latihan harus dilaksanakan melalui berbagai macam variasi sehingga beban
latihan akan terasa ringan dan menggembirakan. Apalagi variasi latihan yang
diterapkan sesuai dengan kebutuhan. Harsono (2004:11) menyatakan, “Untuk
mencegah kebosanan berlatih, pelatih harus kreatif dan pandai menerapkan
variasi-variasi dalam latihan.”
g.
Prinsip perkembangan multilateral, Harsono
(2004:11) menyatakan, “Prinsip ini menganjurkan agar anak usia dini jangan
terlalu cepat dispesialisasikan pada satu cabang olahraga tertentu.” Dalam hal
ini sebaiknya anak diberikan kebebasan untuk terlibat dalam berbagai aktivitas
olahraga agar ia bisa mengembangkan dirinya secara multilateral baik dalam
aspek fisik, mental maupun sosialnya.
h.
Prinsip individualisasi, Harsono
(2004:9) menyatakan, “Agar latihan bisa menghasilkan yang terbaik, prinsip
individualisasi harus senantiasa diterapkan dalam latihan.” Artinya beban
latihan harus disesuaikan dengan kemampuan adaptasi, potensi, serta
karakteristik spesifik dari atlet.
i.
Prinsip spesifik (specificity
principle), Prinsip ini mengisyaratkan bahwa latihan itu harus spesifik,
yaitu benar-benar melatih apa yang harus dilatih. Harsono (2004:10) menyatakan,
“Manfaat maksimal yang bisa diperoleh dari rangsangan latihan hanya akan
terjadi manakala rangsangan tersebut mirip atau merupakan replikasi dari
gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga tersebut.”
0 Comments:
Post a Comment