Soekarman (1987: 3) mengatakan bahwa “Pembinaan setiap cabang
olahraga harus diarahkan untuk peningkatan prestasi yang nantinya akan
mengharumkan nama bangsa”. Hal ini sejalan dengan TAP MPR No. IV (1999:82) :
Meningkatkan usaha pembibitan dan pembinaan olahraga prestasi harus
dilakukan secara sistematis dan komprehensif melalui lembaga-lembaga pendidikan
sebagai pusat pembinaan dibawah koordinasi masing-masing organisasi olahraga
termasuk organisasi olahraga penyandang cacat bersama-sama dengan masyarakat
demi tercapainya sasaran prestasi yang membanggakan ditingkat Internasional.
Berdasakan kutipan di atas, terlihat bahwa prestasi adalah merupakan
puncak usaha dari pembinaan. Prestasi mempunyai arti penting dalam usaha
meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Perhatian awal terhadap pembinaan,
yang terencana secara baik dimulai dari sekolah dasar sampai kepada perguruan
tinggi. Salah satu cabang olahraga yang membutuhkan pembinaan adalah cabang
olahraga bolabasket, untuk itu sangat diperlukan dukungan dari pihak yang
terkait untuk mencapai prestasi yang optimal. Adapun faktor-faktor yang
diperlukan dalam pengembangan dan pembinaan dalam usaha untuk meningkatkan
prestasi adalah sebagai berikut :
1.
Organisasi
Dalam rangka pembinaan dan pengembangan suatu cabang olahraga,
organisasi merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan
prestasi atlet. Dimana organisasi merupakan wadah untuk mengkoordinir berbagai
kegiatan yang menunjang proses peningkatan prestasi. Untuk pencapaian prestasi
yang optimal perlu dibentuk kepengurusan dan pengaturan segala kegiatan
klub-klub.
Berdasarkan kenyataan yang ada bahwa olahraga (latihan olahraga)
banyak menyangkut dengan kegiatan lapangan maka hendaklah disusun struktur,
mekanisme dan kinerja dari organisasi yang nantinya akan sangat membantu
kegiatan-kegiatan kecabangan olahraga di lapangan, sehingga terpenuhinya
sasaran yang kondusif, aman, nyaman dan menyenangkan bagi para atlet.
Dalam upaya pembinaan olahraga bolabasket, pembinaan prestasi
bukanlah persoalan latihan semata-mata. Tetapi memerlukan dukungan organisasi
yang baik dan administrasi yang teratur. Pengalaman telah membuktikan bahwa
keberhasilan yang dicapai suatu cabang olahraga di dalam pembinaan dan
peningkatan prestasi adalah sangat ditentukan oleh faktor organisasi yang
mencakup beberapa hal yaitu:
a)
Adanya organisasi atau
perkumpulan olahraga, struktur serta mekanisme yang teratur dan terencana, b)
Adanya kerjasama antara organisasi atau perkumpulan tersebut dengan
lembaga-lembaga serta kekuatan sosial lainnya yang berkaitan dengan
keolahragaan, c) Adanya suatu sistem pembinaan latihan dan pertandingan yang
tersusun serta terarah, d) Adanya kegiatan-kegiatan terencana dan dibina secara
berkesinambungan”. (Suharyono, 1988: 20)
Berdasarkan uraian di atas, maka peranan organisasi adalah
mengkoordinir segala kegiatan agar tercipta mekanisme kerja dalam kelompok
untuk mencapai tujuan. Sementara itu Moeliono (1990:630) menjelaskan bahwa : “Organisasi
adalah satu kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian orang bekerjasama didalam
perkumpulan untuk mencapai tujuan tertentu”. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan hubungan kerjasama yang harmonis diantara beberapa komponen yakni:
a. Pengurus; b. Anggota; c. Administrasi.
Dalam mengelola sebuah organisasi yang baik perlu adanya struktur
organisasi olahraga. Menurut Suharyono (1988:22) menerangkan bahwa organisasi
yang baik yaitu meliputi : “Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara”. Selain
dari kepengurusan di atas organisasi olahraga mempunyai suatu bidang atau
seksi-seksi, yang mana bidang-bidang tersbut mempunyai kegiatan tersendiri
dalam mengontrol lebih jauh perkembangan para atlet dalam latihan dan dalam
mengikuti kejuaraan. Lebih rinci lagi struktur organisasi dan pelaksanaan
harian setiap cabang olahraga khususnya bolabasket, Suhud dalam Zalfendi
(1992:13) menerangkan bahwa struktur organisasi seperti : “a. Ketua Umum; b.
Ketua I; c. Ketua II; d. Ketua III; e. Sekretaris Jendral; f. Sekretaris I; g.
Sekretaris II; h. Bendahara; i. Wakil Bendahara; dan j. Komisi-komisi lainnya”.
Dengan adanya koordinasi yang baik, penempatan dan pengangkatan
personil yang sesuai dengan keahlian menimbulkan kemampuan kerja yang maksimal
dari seluruh personil untuk lancarnya mekanisme organisasi. Dengan demikian
program kerja organisasi terlaksana sesuai dengan tujuan dan rencana semula.
Kebijakan yang telah dirumuskan dalam GBHN, termasuk rumusan yang
berkaitan dengan pembangunan dalam bidang olahraga, pemerintah mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab terhadap pembangunan olahraga nasional. Sesuai
dengan Undang-undang No. 25 tahun 2000, ada empat program pemerintah yang akan
dilaksanakan dalam upaya pembangunan olahraga nasional yaitu : pertama, program
pengembangan dan keserasian kebijakan olahraga; kedua, program permasyarakatan
olahraga dan kesegaran jasmani; ketiga, program pemaduan bakat dan pembibitan
olahraga; keempat, program peningkatan prestasi olahraga. Menurut Yanuar
(1995:15) yang mengemukakan beberapa peranan pemerintah daerah dalam
pembangunan dan pengembangan olahraga yaitu : “Fasilisator, penentu
kebijaksanaan dan koordinator”.
Dalam usaha pembinaan prestasi olahraga bolabasket, dana merupakan
aspek yang tidak bisa dilupakan. Tanpa biaya apapun yang direncanakan tidak
akan berjalan mulus, untuk itu dana merupakan aspek terpenting didalam
penyediaan sarana dan prasarana serta dana pembinaan yang dibutuhkan. Pada
prinsipnya manfaat dana digunakan untuk menunjang sarana dan prasarana seperti
: bola, kostum, sepatu dan alat-alat lainnya yang dibutuhkan dalam latihan
serta biaya untuk mengadakan uji coba atau pertandingan dengan klub-klub lain
dan juga untuk mengikuti kejuaraan.
2.
Pelatih
Kunci keberhasilan pembinaan prestasi, pelatih merupakan komponen
yang sangat berperan dalam pembinaan olahraga bolabasket. Pelatih harus
mempunyai ilmu melatih dan wawasan yang luas dalam suatu cabang olahraga yang
dilatihnya serta memenuhi syarat sebagai pelatih. Pelatih adalah orang yang
langsung berhadapan dengan atlet dalam kegiatan latihan untuk mencapai prestasi
olahraga. Pelatih sangat berperan dan menentukan dalam pengembangan prestasi
para atletnya untuk mencapai prestasi yang optimal.
Sebagai pelatih dia tidak hanya dituntut untuk bertanggung jawab
dilapangan atau saat dia memberikan latihan kepada atlet, tetapi lebih luas
dari pada itu. Seperti yang dikemukakan oleh Harsono (1988:25) menyatakan bahwa
: “Dia (pelatih) juga adalah sebagai guru, pendidik, bapak dan teman sejati.
Sebagai seorang guru disegani, sebagai bapak dia dicintai, sebagai teman sejati
hanyalah dia yang dipercaya dan merupakan tempat untuk mencurahkan isi hati”
(Harsono, 1988:25).
Berdasarkan kutipan di atas, jelas bahwa tugas pelatih tersebut
sangat luas sekali. Mulai dari hal yang bersifat formal di lapangan, sampai
pada kehidupan pribadi atlet. Mempedomani uraian di atas, maka seorang pelatih
harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : “a) Pengetahuan yang luas dan
ilmiah, b) Karakter dan kepribadian yang baik untuk dicontoh para atlet, c) Pengalaman
yang cukup bagi pemain, organisator dan sebagai pendidik yang baik dalam skill
olahraga yang diikuti, d) Mempunyai sifat human relation yang baik terhadap
sesama, e) Jujur, bertanggung jawab dan dapat dipercaya, f) Dapat bekerjasama
yang baik dengan atlet, maupun dengan atasannya, g) Berpendidikan pelatih
sesuai dengan cabangnya, h) Kesehatan harus baik, i) Mempunyai sifat humor
sebagai salingan kerja serius, j) Mempunyai daya kreatif yang tinggi, mudah
menerima kritikan serta berkemauan yang keras dan disiplin yang tinggi”.
(Suharno, 1982:6).
Menjadi seorang pelatih tidaklah mudah karena pelatih hendaklah
mempunyai pengalaman bermain dan pernah berprestasi di masa lampau dan juga harus
memiliki pengetahuan yang luas tentang kepelatihan. Sejalan dengan hal itu, T.
Cholik Mutohir dkk (2000:59) mengemukakan bahwa : “Keterampilan dan pengalaman
sebagai atlet belumlah cukup karena dalam konsep pelatihan modern, pelatih
harus memiliki latar belakang keilmuan yang memadai dan menjadi konsumen aktif
terhadap berbagai informasi mutakhir yang terkait dengan profesinya itu”.
Seorang pelatih harus menguasai dan mempelajari sebanyak mungkin
yang akan diajarkannya, supaya dapat menganalisa sebelum melatih. Dalam membuat
program latihan seorang pelatih harus dapat menentukan materi yang akan
diberikan selama latihan berlangsung serta perlu memperhatikan prinsip-prinsip
latihan. Adapun prinsip-prinsip latihan tersebut adalah: “1) Prinsip
partisipasi aktif, 2) Prinsip multilateral, 3) Prinsip kekhususan, 4) Prinsip
individu, 5) Prinsip variasi, 6) Prinsip model, 7) Prinsip beban meningkat
bertahap”. (T. Cholik Mutohir, dkk 2000: 60).
Suksesnya pelatih dalam membina atlet-atletnya juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksternal dan internal serta dorongan dari pemerintah dan segala
pihak demi tercapainya prestasi yang optimal dalam olahraga bolabasket
tersebut.
Dalam melakukan pembinaan prestasi olahraga bolabasket, program
latihan memegang peranan penting. Karena dalam program latihan itu
menggambarkan tujuan latihan yang akan dicapai, maka program latihan itu harus
disusun sedemikian rupa, sistematis dan mempunyai tujuan serta sasaran yang
jelas. Dengan demikian pelatih akan terbantu dalam melaksanakan tugasnya, jika
telah mempersiapkan program latihan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan latihan
dimulai.
Adapun tujuan penyusunan program latihan menurut Suharno adalah
sebagai berikut : “Sebagai pimpinan kegiatan latihan yang terorganisir dalam
pencapaian prestasi maksimal dan mempercepat tercapainya tujuan (prestasi
maksimal)” (Suharno, 1982: 51). Faktor pelatih merupakan komponen yang sangat
berperan dalam pembinaan olahraga bolabasket untuk mencapai prestasi. Pelatih
bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar dan melatih dalam usaha meningkatkan
prestasi pemain. Untuk itu sangat dituntut pelatih yang berkualitas dan
memahami seluk beluk melatih serta memenuhi syarat sebagai seorang pelatih.
Agar rencana latihan sistematis itu dapat berpengaruh terhadap peningkatan
prestasi atlet maka perlu diperhatikan prinsip penyusunan suatu rencana
latihan, prinsip tersebut adalah sebagai berikut : “a) Rencana harus
berdasarkan ilmu, b) Prinsip-prinsip demokratis perlu diterapkan dalam
pembuatan rencana latihan, c) Tujuan utama dalam rencana harus pasti dan tegas,
d) Rencana diperbaiki secara kontiniu, e) Rencana, kontrol dan penilaian
merupakan suatu kesatuan untuk diperhatikan secara serempak, f) Mempertegas
program-program latihan, g) Rencana perlu pelaksanaan secara konsekwen dengan
melihat pengalaman sebelumnya” (Suharno, 1982:52).
Berdasarkan kutipan di atas, maka dalam penyusunan program latihan
bolabasket harus selalu berorientasi pada tujuan yang telah ditegaskan semula,
demokratis dan selalu dievaluasi secara kontiniu. Begitu juga dalam penyusunan
jangka panjang, jangka mencegah maupun jangka pendek. Dalam setiap pemberian
latihan pada atletnya juga harus diperhatikan aspek-aspek terpenting dalam
training, yaitu sebagai berikut : “1. Physical Training; 2. Technical Training;
3. Tactical Training; 4. Mental Training” (Kosasih, 1984:46).
Physical training adalah latihan yang khusus ditujukan dalam
pengembangan dan peningkatan kondisi fisik atlet. Menurut Kosasih (1984:27) ada
beberapa faktor yang terpenting dalam kesegaran jasmani yang berhubungan erat
dengan latihan ini, faktor-faktor tersebut diantaranya : “Ketahanan, Kekuatan,
Kelincahan, Kecepatan dan Tenaga”.
Dalam technical training sangat diutamakan kesempurnaan
teknik-teknik dasar, karena akan menetukan kesempurnaan gerakan secara
menyeluruh dengan penguasaan teknik dasar tersebut. Dalam cabang olahraga
bolabasket penguasaan teknik dasar perlu dimiliki oleh setiap atlet supaya
dapat berprestasi dengan baik. Teknik-teknik dasar tersebut antara lain : a.
Shooting; b. Passing; c. Dribbling; d. Lay up; e. Rebound dan f. Bloking.
Dalam usaha mengembangkan prestasi atlet harus didukung oleh
kemampuan taktik. Dalam permainan bolabasket terdapat dua macam taktik yaitu
taktik bertahan dan taktik menyerang. Untuk itu pengembangan dan phase latihan
ini dimulai dengan tingkatan latihan sebagai berikut : “a. Latihan taktik
Perorangan; b. Latihan taktik beregu (group taktik); c. Latihan taktik tim”
(Suharno, 1986:67-68). Tingkatan latihan itu digunakan untuk taktik pertahanan dan
penyerangan.
Untuk mencapai prestasi yang tinggi, seorang atlet perlu
memperhatikan frekuensi latihan. Karena jumlah latihan yang dilakukan setiap
minggunya sangat mempengaruhi hasil yang akan dicapai serta ketahanan fisik
pemain. Untuk mendapatkan ketahanan yang tinggi, menurut Kosasih (1983:27)
latihan harus memperhatikan : “1. Intesitas latihan, yang dilakukan setiap kali
berlatih harus cukup, kalau intesitas tidak cukup, maka tidak dapat memperbaiki
ketahanan jantung dan pembuluh darah, 2. Lamanya latihan, lamanya atlet
menjalankan latihan, agar mendapatkan hasil yang baik atau yang dapat
memperbaiki 40-50 menit didalam latihan, 3. Frekuensi latihan, sebaiknya
pelatih paling sedikit tiga kali dalam seminggu. Mengapa paling sedikit tiga
kali seminggu, karena daya tahan seseorang akan mulai menurun setelah 48 jam
jika tidak menjalankan latihan”.
3.
Pemain
Dalam olahraga bolabasket, pemain merupakan unsur yang paling
dominan dalam menentukan keberhasilan untuk mencapai prestasi. Oleh karena itu
pemilihan pemain merupakan kunci keberhasilan pembinaan prestasi. Untuk
mencapai prestasi yang tinggi, dalam pemilihan pemain sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
1)
Usia
Usia perlu juga menjadi bahan pertimbangan, agar terjadi kenaikan
dan peningkatan prestasi yang telah diprogram sejak awal. Pada usia muda
kemampuan untuk prestasi membutuhkan jangka waktu yang panjang dibanding dengan
usia yang lebih tua. Karena prestasi yang maksimal itu akan tercipta melalui
pembinaan yang cukup lama.
Berdasarkan hasil penelitian Suharnp (1982:60) menyatakan bahwa
“Umur yang tepat untuk memilih bibit pemain adalah umur 8-12 tahun. Hal ini
mengingat pemain yang ideal atau berprestai memakan waktu pembinaan selama 6-10
tahun.”
Selanjutna Moeloek dan Tjokronegoro (1984:25) menjelaskna bahwa :
“Bila ingin mencapai prestasi tinggi dalam bidang olahraga perlu dilakukan
semenjak usia muda”. Karena usia muda mempengaruhi daya tahan, kekuatan,
kecepatan, kelincahan dan koordinasi gerak yang akan di hasilkan.
2)
Kondisi Fisik
Dalam hal pemilihan pemain tidak hanya terletak pada faktor usia
saja, akan tetapi sangat diperngaruhi juga oleh faktor kondisi fisik. Kondisi
fisik atlet dalam pembinaan olahraga bolabasket juga ikut menentukan tercapai
tidaknya prestasi secara optimal. Kondisi yang dimaksud dalam tulisan ini dalah
faktor yang berkenaan dengan bentuk tubuh dan kesegaran jasmani atlet.
Bentuk tubuh atlet yang akan dibina harus sesuai dengan kondisi dan
ciri-ciri mekanik dari cabang olahraga yang akan dibina. Masing-masing cabang
olahraga mempunyai kriteria-kriteria tersendiritentang kebutuhan bentuk tubuh
atletcyang diinginkan, menyangkut dengan tinggi dan berat badan. Dalmonte
(1975: 127) bependapat bahwa “Perawatan (postur tubuh) harus berkaitan dengan
ciri-ciri suatu cabang olahraga…”
Berkenaan dengan bentuk tubuh didasarkan atas keadaan otot tubuh
yang mempunyai keseimbangan dan koordinasi otot yang mempersiapkan keadaan tubh
sedemikian rupasehingga mampu untuk melakukan aktivitas-aktivitas olahraga.
Selain bentuk tubuh yang ideal atlet juga dituntut memiliki kesegaran jasmani
yang baik serta terpelihara.
Kesegaran jasmani banyak menyangkut dengan ketahanan atlet dalam
mengikuti latihan, ketahanan dalam melaksanakan kerja dengan intesitas tertentu
dalam waktu yang lama. Memiliki kesegaran jasmani bearti memiliki : kekuatan,
kelincahan, kecepatan, daya tahan dan keseimbangan yang sangat diperlukan dalam
permainan bolabasket. Kondisi seperti ini perlu dimiliki setiap pemain jika
ingin mencapai prestasi yang optimal sehingga kemampuan menguasai teknik
permainan lebih tinggi dapat dilaksanakan secara terus menerus.
Kesegaran jasmani yang baik yang dimiliki seorang atlet memudahkan
untuk melakukan suatu pekerjaan yang berat tampa mengalami kelelahan yang
berarti, hal ini telah diuji kebenarannya dalam suatu penelitian taitu : “Di
dalam penelitian yang diadakan, digunakan suatu test beterai psychomotor. Hasil
test dikorelasikan dengan prestasi olahraga, ternyata olahragawan yang memiliki
motor fitnes yang lebih baik akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi”
(Siregar, 1975 : 4)
3)
Mental
Dalam uasha pembinaan prestasi yang harmonis dan selaras antara
jasmani dan rohani sangat menentukan tercapainya prestasi yang optimal. Seirng
dengan itu Suharno (1986 : 77) mengemukakan bahwa: “1. Daya fikir tinggi,
kreatif, inisiatif, imajinasi; 2. Penguasaan emosi yang baik, penguasaan diri,
rasa tanggung jawab, rasa sosial; 3. Berkemauan tinggi, daya juang tinggi,”
Dari kutipan di atas terlihat bahwa agar terbentuknya sikap
kematangan yang meliputi inisiatif, kemauan dan semangat juang yang tinggi
daloam pertandingan serta dedikasi yang tinggi, perlu didukung oleh mental yang
kuat dan baik supaya atlet tersebut bisa sukses dalam mencapai prestasi.
Suharno menjelaskan dalam bukunya :
“Peningkatan fisik, teknik dan taktik tampa dibarengi pembinaan mental yang
baikmakan mengakibatkan hasil yang negative. Pengertian mental atlet mencakup
segi psykologis, kepribadian dan temperemen yang sifatnya abstrak. Pembinaan
mental dalam pengembangan segi psykologis diharapkan dapat memperbaiki daya
cipta, rasa dan karsa dari atlet yang dilatih………………………Pengembangan kepribadian
sangat besar pengaruhnya terhadap sikap, tindak dan karya untuk mempertinggi
prestasi”. (Suharno, 1982 : 48).
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa pengembangan
kepribadian banyak menyangkut tingkah laku yang merupakan perwujudan dari
aspek-aspek kejiwaan, maka unruk melakukan pembinaan atlet dari segi
peningkatan fisik dan pembinaan mental perlu diselaraskan. Untuk menghasilkan
atlet-etlet yang bermental baik tersebut perlu diperhatikan cara-cara pembinaan
sebagai berikut : “ 1) Dwngan latihan (drill) bentuk beban jasmani, di samping
sasaran mentalo training secara kontiniu, 2) Contoh langsung baik dari pelatih
dalam sikap, tindakan dan gaya hidup sehari-hari, 3) Menbiasakan hidup tertib,
disiplin dan teratur bagi olahragawan, 4) Pemberian petuah, petunjuk, wejengan
secara paedagogis pada atlet, baik dalam latihan maupun di luar latihan, 5)
Memberikan motivasi positif dan peningkatan dedikasi atlet sebaik mungkin”
(Suharno, 1982 : 49).
Dengan cara-cara pembinaan mental yang dikemukakan, akan dapat
menciptakan atlet-atlet yang mempunyai mental yang baik dan sikap kematangan
juara yang tiggi. Adapun ciri-ciri atket yang mempunyai kematangan juara
tersebut adalah sebagai berikut : “1) Sanggup mengatasi kedongkolan (kemarahan)
frustasi yang dihadapi, 2) Kurve prestasi sudah konstan, 3) Kemampuan fisik dan
mental dalam pertandingan seimbang dengan latihan sebelumnya, 4) M<udah
beradaptasi terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi, 5) Efektif dan efisien
dalam penggunaan tenaga” (Harsono, 1988 : 43),
0 Comments:
Post a Comment